Warga Desa Senambah: Harga Mahal Tak Masalah, Asal Barang Tersedia
SANGATTA, ETENSI.COM, – Warga Desa Senambah, Kabupaten Kutai Timur, memiliki pendekatan unik dalam menghadapi fluktuasi harga barang. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang kerap memprotes kenaikan harga, warga desa ini lebih mengutamakan ketersediaan barang daripada harga.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi D DPRD Kutai Timur, Julfansyah, saat ditemui di ruang kerjanya. Ia menyoroti bahwa meskipun harga bahan bakar dan kebutuhan pokok di desa bisa jauh lebih mahal dibandingkan di kota, warga tetap tenang selama kebutuhan tersebut tersedia.
“Di desa, harga tidak menjadi persoalan besar. Contohnya, harga BBM di sini bisa mencapai Rp10.000 hingga Rp12.000 per liter, tapi warga tidak keberatan. Yang mereka khawatirkan adalah jika barang tidak tersedia,” ujar Julfansyah.
Sebagian besar warga Desa Senambah menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan, khususnya kelapa sawit. Beberapa juga terlibat dalam sektor perikanan. Namun, kegiatan ekonomi ini dilakukan secara mandiri tanpa subsidi atau bantuan langsung dari pemerintah.
Melihat kondisi ini, Julfansyah mendorong pemerintah daerah untuk memberikan perhatian lebih kepada masyarakat Desa Senambah. Dukungan berupa bantuan alat dan perlengkapan untuk pertanian, perkebunan, dan perikanan dinilai sangat diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi warga.
“Pemerintah harus lebih proaktif dalam menyediakan bantuan yang dapat meringankan beban petani dan pekebun. Hal ini penting untuk memastikan kesejahteraan masyarakat di desa,” tegasnya.
Dengan dukungan yang tepat, warga Desa Senambah diharapkan tidak hanya mampu bertahan di tengah tingginya harga barang, tetapi juga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah menjadi kunci dalam menciptakan kondisi yang lebih baik bagi desa-desa terpencil seperti Senambah.(RH/Adv-DPRD)