Pendidikan di Pelosok Kutai Timur: Antara Ruang Kelas dan Keterbatasan Guru
SANGATTA, ETENSI.COM – Temuan reses DPRD Kutai Timur mengungkap tantangan kompleks pembangunan pendidikan di wilayah terpencil, di mana kebutuhan infrastruktur berhadapan dengan kendala regulasi kepegawaian dan keterbatasan sumber daya manusia.
Upaya pemerintah daerah Kutai Timur dalam meningkatkan kualitas pendidikan menghadapi sejumlah hambatan struktural. Syaiful Bakhri, anggota DPRD Kutai Timur dari Komisi D, mengungkapkan hasil resesnya di tiga kecamatan—Bengalon, Rantau Pulung, dan Teluk Pandan yang menunjukkan kebutuhan mendesak pembangunan sarana pendidikan.
Persoalan utama yang teridentifikasi adalah ketimpangan akses pendidikan di wilayah terpencil. Masyarakat setempat mengusulkan pembangunan fasilitas sekolah, namun tantangan klasik kekurangan tenaga pengajar masih menjadi kendala utama. Kebijakan yang melarang pengangkatan tenaga honorer semakin memperumit upaya pemenuhan kebutuhan guru di daerah.
Syaiful menekankan perlunya solusi komprehensif. Dia mengusulkan perluasan kesempatan bagi tenaga pengajar non-PNS yang telah tersertifikasi. “Kami tidak hanya fokus membangun ruang kelas, tetapi juga menyediakan perlengkapan penunjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” tegasnya.
Selain persoalan pendidikan, temuan reses juga mengungkap masalah distribusi air bersih yang belum merata. Syaiful mencatat bahwa akses air bersih masih terbatas pada jalan poros, sementara pemukiman di gang-gang kecil kesulitan mendapatkan sumber air yang layak.
Strategi yang diajukan meliputi pengembangan fasilitas pendukung seperti perpustakaan dan ruang belajar tambahan. Pemerintah daerah diharapkan dapat merancang kebijakan yang lebih fleksibel dalam rekrutmen tenaga pengajar, sembari terus mengupayakan pemerataan infrastruktur pendidikan dan pelayanan dasar.
Tantangan ini mencerminkan kompleksitas pembangunan daerah tertinggal, di mana setiap langkah memerlukan pendekatan holistik dan berkelanjutan.(Pant/ADV-DPRD
Tinggalkan Balasan
