Menghadapi Bonus Demografi, Kemendukbangga Bakal Luncurkan TAMASYA untuk Kesejahteraan Keluarga
Kutai Timur, Etensi.com – Indonesia kini memasuki masa bonus demografi, di mana 70% penduduknya berada dalam usia produktif. Namun, tantangan seperti rendahnya partisipasi tenaga kerja perempuan serta tingginya angka stunting masih menjadi perhatian. Menanggapi hal ini, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) menggagas program inovatif bernama Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA), yang bertujuan mendorong pengasuhan positif sekaligus meningkatkan produktivitas keluarga.
Peluncuran TAMASYA dilakukan bersama Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Sosial, serta Kementerian Ketenagakerjaan
Menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kemendukbangga/BKKBN, Sunarto, Senin (26/05/2025), di Jakarta, peluncuran akan berlangsung pada Selasa (27/05/2025), bertempat di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Program TAMASYA dirancang sebagai inovasi pengasuhan yang terintegrasi, untuk membantu keluarga Indonesia, khususnya orang tua bekerja, agar tetap produktif tanpa mengabaikan tumbuh kembang anak.
Indonesia kini memasuki masa bonus demografi, dengan proporsi penduduk usia produktif mencapai 70%. Namun, pemanfaatannya belum optimal. Tantangan serius seperti penurunan angka kelahiran (TFR dari 2,4 tahun 2020 menjadi 2,11 pada 2024), rendahnya partisipasi angkatan kerja perempuan (56,42% vs laki-laki 84,66%), serta masih tingginya prevalensi balita stunting (19,8% pada 2024), menunjukkan perlunya strategi komprehensif untuk memperkuat ketahanan keluarga.
TAMASYA hadir sebagai jawaban konkret, menghadirkan empat layanan utama, yaitu:
* Peningkatan kompetensi pengasuh, melalui kelas daring gratis TAMASYA di KERABAT dan pembelajaran mandiri di SiBima Kelas BKB EMAS (Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting);
* Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala, di mana setiap bulan dilakukan pengukuran tinggi/berat badan;
* Pendampingan kepada orangtua/keluarga, berupa pemberian umpan balik pertumbuhan perkembangan anak dan kegiatan edukasi parenting;
* Layanan rujukan bagi anak-anak yang membutuhkan intervensi lanjutan terkait kesehatan, pengasuhan, dan perlindungan.
Hingga April 2025, tercatat 1.846 pengasuh telah mengikuti kelas TAMASYA di KERABAT, dan 1583 pengasuh lulus SiBima Kelas BKB EMAS. Program ini dilaksanakan secara kolaboratif lintas sektor—melibatkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, tenaga lini lapangan, dan masyarakat.
Sebagai langkah strategis untuk memperkuat penyelenggaraan program TAMASYA secara nasional, enam kementerian— Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Sosial, serta Kementerian Ketenagakerjaan—telah menerbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) tentang Pembentukan dan Penyelenggaraan Tempat Penitipan Anak (TPA) di lingkungan kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, BUMN/D, swasta, dan masyarakat.
SEB bertujuan memastikan anak-anak mendapatkan layanan pengasuhan dan pendidikan dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan holistik, mencakup stimulasi nilai agama dan moral, fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial, serta emosional.
Selain itu, masih menurut Sunarto, SEB menjadi payung regulasi yang mendukung peningkatan kesejahteraan mental dan emosional pekerja, memperkuat ikatan antara pekerja dan institusi, serta mendorong peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan. Khususnya bagi mereka yang menghadapi keterbatasan akses terhadap layanan pengasuhan anak.
SEB ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi lintas sektor dan menjadi landasan hukum penyelenggaraan TPA yang terintegrasi dalam ekosistem TAMASYA di seluruh Indonesia.
Adapun acara peluncuran dilakukan secara hybrid dan turut dihadiri enam menteri yang ikut mengampu program Tamasya. Yaitu, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Sosial, serta Menteri Ketenagakerjaan.
Dalam momen tersebut, juga dilakukan pengukuhan Duta TAMASYA serta komitmen bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Termasuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan PT Dharma Satya Nusantara (DSN) Group sebagai tuan rumah lokasi peluncuran.
Kemendukbangga/BKKBN menargetkan pada tahun 2045, program TAMASYA akan berkontribusi dalam pencapaian Total Fertility Rate (TFR) stabil 2,1; Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sebesar 70%; penurunan balita stunting mencapai prevalensi 5%; dan peningkatan Indeks Pembangunan Kualitas Keluarga menjadi 80.
Dengan cakupan data keluarga sebanyak 72,1 juta rumah tangga dalam sistem Pemutakhiran Data Keluarga 2024, kehadiran TAMASYA diharapkan memperkuat ekosistem pengasuhan nasional berbasis data dan kolaborasi.
Kemendukbangga/ BKKBN mengajak seluruh pemangku kepentingan—baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun masyarakat sipil—untuk bersama-sama mendukung penyelenggaraan TAMASYA di berbagai daerah. “Melalui sinergi dan aksi nyata, pengasuhan yang positif dan berdaya bisa diwujudkan sebagai fondasi kuat bagi generasi masa depan Indonesia,” ujar Sunarto.(**)