Desa Cantik Jadi Gerakan Literasi Statistik, Wujudkan Desa Mandiri Berbasis Data di Kutim

SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) kini punya cara baru membangun desa, yakni berbasis data sejak tingkat desa. Melalui Program Desa Cinta Statistik (Desa Cantik) 2025, pemerintah daerah bersama Badan Pusat Statistik (BPS) Kutim mendorong lahirnya desa yang mandiri, transparan, dan berbasis bukti.

Wakil Bupati Kutim, Mahyunadi, yang membuka kegiatan ini menegaskan bahwa program tersebut bukan sekadar proyek statistik, melainkan gerakan perubahan pola pikir. “Desa tidak lagi menjadi objek pembangunan, tapi subjek yang menentukan arah kesejahteraan warganya sendiri. Untuk itu, data menjadi fondasi utamanya,” jelas Mahyunadi.

Program ini mengajarkan desa untuk mengelola data kependudukan, ekonomi, pendidikan, hingga infrastruktur secara mandiri. Data itu kemudian dijadikan dasar dalam perencanaan pembangunan dan evaluasi kebijakan di tingkat lokal.

Desa Singa Gembara menjadi desa pertama yang dibina langsung oleh BPS Kutim dalam program ini. Kepala BPS Kutim, Widiantono, menilai inisiatif ini akan menciptakan desa-desa dengan budaya statistik. “Dengan adanya Desa Cantik, kami harap perencanaan pembangunan desa bisa lebih tepat sasaran, berdasarkan data yang valid dan relevan,” ujarnya.

Kepala Diskominfo Staper Kutim, Ronny Bonar Siburian, menambahkan bahwa pihaknya siap mengintegrasikan data lintas sektor agar seluruh informasi desa dapat diakses secara terbuka dan efisien.

Peluncuran Desa Cantik 2025 menjadi langkah nyata Kutim menyalakan kembali semangat pembangunan dari pinggiran—dengan data sebagai obor penerang menuju desa yang mandiri, inklusif, dan berdaya saing.

“Kami harap sinergi ini melahirkan ekosistem desa yang tidak hanya jadi objek pembangunan, tapi menjadi subjek yang memimpin transformasi,” pungkasnya. (ADV)

Loading

Avatar photo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup