Kutai Timur Ajukan Hak Kekayaan Intelektual untuk Pisang Kepok Grecek dan Nanas Madu

SANGKULIRANG, ETENSI.com – Dua komoditas dan produk Kutai Timur (Kutim), yakni pisang kepok grecek dan nanas madu, diajukan mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Sebab, dua komoditas tersebut sudah banyak diminati masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, usai membuka kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) sertifikasi benih pisang dan teknologi budidaya tanaman di antara pisang bagi petani, di desa Sempayau, Kecamatan Sangkulirang, Kutim, Selasa (19/9/2023).

“Tahun depan ada dua yang kita ajukan (mendapatkan HAKI), yakni nanas madu dan pisang kepok grecek,” ujar Ardiansyah.

Dijelaskan, untuk memperoleh HaKI dan menjaga kualitas produk tersebut, terutama pisang kepok grecek yang terus dikembangkan ini, memperoleh pendampingan dari Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kaltim.

Dijelaskan, pisang kepok grecek ini adalah pisang asal Kaltim. Asal namanya pisang Saba di bahasa Indonesiakan menjadi pisang kepok. Kemudian ditambahkan bahasa Kutai lagi grecek. Jadilah pisang kepok grecek namanya. Kendati demikian, Ardiansyah mengutarakan pisang ini telah mendapatkan hati di berbagai negara. Di antaranya Amerika, Malaysia, Singapura, Hongkong sementara di dalam negeri ialah di Sumatera Utara serta daerah lainnya.

“Insyaallah kita berdaulat di bidang ketahanan pangan, sehingga menciptakan peluang mensejahterakan rakyat,” ucap orang nomor satu di Pemkab Kutim itu didampingi Kepala DTPHP Dyah Ratnaningrum dan para PPL Sangkulirang.

Ardiansyah menjelaskan alasan mengapa harus memperoleh HAKI? Karena sudah banyak daerah lain mengambil bibit pisang kepok grecek ini. Untuk itu harus menjadi perhatian khusus oleh Pemkab Kutim dengan memperoleh HAKI di tahun depan. Kemudian produk-produk harus ditingkatkan dengan menciptakan turunannya pisang kepok grecek.

“Selanjutnya perluasan areal tanam pisang kepok grecek yang diberikan pemerintah untuk para petani. Meskipun sudah tertanam seluas 5.800 Hektare di Kutim. Tapi tak boleh berhenti disitu,” tegasnya.

Ardiansyah mengungkapkan selain pisang kepok grecek di wilayah ini juga tengah dikembangkan pisang canvendis. Karena pisang canvendis ini merupakan salah satu peluang besar yang masuk dalam pasar dunia.

“Saya minta petani terus semangat, karena ada beberapa negara senang dengan pisang kepok. Apalagi pisang canvendis yang sudah mendunia sejak dahulu. Ini potensi yang luar biasa,” tutupnya. (Et1)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup