Saat Wabup Kutim Susuri Jalur Rantau Pulung – Long Bentuk
MUARA BENGKAL—Sore beranjak gelap ketika rombongan kendaraan dinas para pejabat Kabupaten Kutai Timur (Kutim) itu meninggalkan Rantau Pulung. Awan kelabu menggantung rendah, tapi Wakil Bupati (Wabup) Kutim, Mahyunadi tetap melanjutkan perjalanan. Baginya, ada yang lebih penting dari kenyamanan di kantor dengan melihat sendiri jalan-jalan yang menghubungkan hidup ribuan warga desa di pedalaman.
Di balik kaca mobil, Mahyunadi memperhatikan setiap retakan dan timbunan batu di poros jalan menuju Batu Ampar. Dua kali kendaraan berhenti. Ia turun, berdiri di jalan, berbicara dengan nada pendek namun jelas.
Poros Rantau Pulung-Batu Ampar dikerjakan dengan sistem swakelola. “Ini dirawat pakai swakelola ya?” tanyanya kepada Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Wahasuna Aqla, yang mendampingi perjalannya.
“Dirawat yang baik, gunakan batu yang sesuai,” lanjut Mahyunadi, memberikan arahan.
Perjalanan ini bukan kali pertama, tapi juga tak pernah jadi rutinitas biasa. Dari Muara Bengkal hingga Long Bentuk di Busang, Mahyunadi ingin memastikan pembangunan tak hanya berhenti sebagai laporan yang rapi di meja-meja dinas.
Desa Senambah dan Senyiur, dua titik yang ia lewati, menyimpan potensi besar di bidang perkebunan. Namun akses jalan buruk kerap memutus mimpi warga. Di Long Bentuk, medan semakin berat. Jalur tanah yang licin saat hujan jadi tantangan tersendiri bagi tim.
Mahyunadi tahu, jalan bukan sekadar proyek. Itu adalah urat nadi yang menentukan apakah seorang petani bisa menjual hasil panen tepat waktu, atau seorang ibu bisa membawa anaknya ke puskesmas tanpa harus menunggu musim kemarau.
Ia berjalan bukan untuk simbol, tapi sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap pembangunan Kutim. Jalan yang baik bukan hadiah, tapi hak. Dan bagi Mahyunadi, memastikan hak itu sampai hingga pedalaman adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai wakil kepala daerah, mendampingi Bupati Ardiansyah Sulaiman. (ADV)
Tinggalkan Balasan
